Kuncinarasi.com — Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menghadapi krisis air bersih serius pascabanjir besar yang melanda beberapa pekan terakhir. Hujan deras yang terjadi selama beberapa hari menyebabkan meluapnya sungai-sungai di wilayah Agam, merendam rumah warga, fasilitas publik, dan terutama infrastruktur kesehatan. Kekeringan air bersih akibat rusaknya sistem distribusi membuat pelayanan kesehatan masyarakat terganggu. Banyak puskesmas dan rumah sakit kesulitan menyediakan air untuk sanitasi, kebersihan, dan prosedur medis dasar.
Krisis ini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya risiko penyakit menular, terutama diare, infeksi kulit, dan penyakit berbasis air lainnya. Warga dan tenaga medis berjuang menghadapi keterbatasan air bersih, sehingga kebutuhan akan solusi cepat dan efektif menjadi sangat mendesak.
Peran Teknologi F-Wash UB
Universitas Brawijaya (UB) melalui tim peneliti teknologi F-Wash hadir sebagai solusi inovatif. F-Wash merupakan sistem filtrasi dan desinfeksi air berbasis teknologi modern yang mampu menghasilkan air bersih dari sumber yang terkontaminasi. Sistem ini dirancang untuk mudah dipasang di fasilitas kesehatan darurat dan mampu memenuhi kebutuhan sanitasi hingga konsumsi ringan.
F-Wash bekerja dengan prinsip filtrasi multi-layer, pemurnian kimiawi yang aman, dan penggunaan ultraviolet (UV) untuk membunuh mikroorganisme patogen. Hasilnya, air yang sebelumnya tidak layak pakai menjadi aman digunakan untuk kegiatan medis, kebersihan pasien, dan keperluan sehari-hari di fasilitas kesehatan.
Pemulihan Layanan Kesehatan di Puskesmas
Setelah implementasi F-Wash di beberapa puskesmas terdampak banjir, pelayanan kesehatan mulai pulih. Prosedur steril untuk penanganan luka, operasi kecil, dan pemeriksaan laboratorium kembali berjalan normal. Tenaga medis melaporkan bahwa ketersediaan air bersih dari F-Wash mengurangi risiko infeksi nosokomial dan meningkatkan kualitas layanan kepada pasien.
Selain itu, F-Wash juga membantu menjaga kebersihan lingkungan puskesmas, termasuk kamar mandi, dapur, dan area publik. Hal ini penting untuk mencegah penyebaran penyakit menular di tengah kondisi pascabanjir yang rentan.
Dukungan untuk Rumah Sakit dan Posko Darurat
Tidak hanya di puskesmas, F-Wash juga dipasang di rumah sakit dan posko darurat. Rumah sakit yang sempat mengalami gangguan operasional akibat kekurangan air bersih kini dapat menyediakan layanan darurat, termasuk persalinan, perawatan intensif, dan penanganan penyakit akut. Posko darurat yang menampung korban banjir juga mendapat pasokan air bersih untuk kebutuhan konsumsi dan sanitasi.
Tim UB memastikan setiap unit F-Wash mudah dioperasikan oleh petugas lapangan dengan pelatihan singkat. Sistem ini bersifat portable, hemat energi, dan dapat digunakan di berbagai lokasi yang masih terdampak bencana.
Dampak Positif bagi Masyarakat
Keberadaan F-Wash tidak hanya bermanfaat bagi fasilitas kesehatan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat terdampak banjir. Warga mendapatkan akses air bersih untuk keperluan rumah tangga sementara sambil menunggu pemulihan infrastruktur air publik. Dengan air yang aman, risiko penyakit menular menurun, sehingga beban tenaga medis berkurang dan tingkat kesembuhan pasien meningkat.
Selain itu, teknologi ini juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi dan kebersihan air. Tim UB aktif mengadakan sosialisasi cara penggunaan F-Wash, pemeliharaan sederhana, dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan pascabanjir.
Kolaborasi Antar Lembaga untuk Penanganan Cepat
Keberhasilan pemulihan layanan kesehatan pascabanjir Agam tidak lepas dari kolaborasi antara Universitas Brawijaya, pemerintah daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta organisasi kemanusiaan. Koordinasi ini memastikan distribusi F-Wash tepat sasaran, prioritas diberikan kepada fasilitas kesehatan yang paling membutuhkan, dan pemantauan kualitas air dilakukan secara rutin.
Kolaborasi ini juga membuka peluang untuk mengembangkan teknologi lebih lanjut, termasuk integrasi dengan sistem penyimpanan air berbasis energi terbarukan dan sensor kualitas air real-time. Dengan begitu, respon terhadap bencana serupa dapat lebih cepat dan efektif di masa depan.
Tantangan dan Strategi Ke Depan
Meski efektif, implementasi F-Wash menghadapi tantangan, seperti keterbatasan unit, suplai bahan kimia, dan logistik distribusi ke lokasi terpencil. Tim UB bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan pemeliharaan rutin, ketersediaan suku cadang, dan kesiapan tenaga operator.
Ke depan, strategi pengembangan mencakup peningkatan kapasitas F-Wash, penyederhanaan desain agar lebih portabel, dan integrasi dengan sistem deteksi kualitas air otomatis. Tujuannya agar teknologi ini tidak hanya solusi darurat, tetapi juga menjadi bagian dari ketahanan infrastruktur air nasional pascabencana.
Kehadiran teknologi F-Wash UB menjadi angin segar bagi Agam pascabanjir. Dengan pemulihan layanan kesehatan yang cepat, risiko penyakit menular dapat ditekan, fasilitas kesehatan kembali beroperasi optimal, dan masyarakat mendapatkan akses air bersih yang sangat dibutuhkan. Kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan organisasi kemanusiaan menjadi contoh nyata bagaimana inovasi teknologi dapat memberikan solusi nyata bagi bencana.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa inovasi berbasis kampus tidak hanya teoritis, tetapi mampu memberikan dampak sosial langsung, memperkuat ketahanan masyarakat, dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di tengah tantangan pascabencana.





