Kuncinarasi.com — PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) tengah gencar melakukan inovasi untuk meningkatkan produksi minyak di salah satu wilayah kerja terbesarnya, Blok Rokan, Riau. Sebagai lapangan yang sudah berproduksi puluhan tahun, Rokan termasuk lapangan tua yang mengalami penurunan produksi alami dari waktu ke waktu. Untuk itu, PHR mengimplementasikan teknologi canggih bernama Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) guna mengoptimalkan perolehan minyak yang selama ini tertinggal di bawah tanah dan sulit diambil dengan metode konvensional seperti injeksi air biasa.
Teknologi CEOR merupakan bagian dari metode Enhanced Oil Recovery (EOR) tingkat lanjut, yang diterapkan setelah fase produksi primer dan sekunder sudah tidak maksimal. Dengan injeksi bahan kimia khusus, teknologi ini membantu melepaskan minyak yang terperangkap dalam pori‑pori batuan reservoir sehingga bisa mengalir ke permukaan dan diproduksi.
CEOR: Solusi untuk Lapangan Minyak Tua
Lapangan Minas di Blok Rokan—yang dikenal sebagai salah satu penghasil minyak ringan berkualitas tinggi di Indonesia—masih menyimpan cadangan minyak yang sulit diakses dengan teknik konvensional. Untuk mengatasi hal ini, PHR fokus pada pengembangan CEOR Stage‑1 Area‑A (Minas) yang ditargetkan rampung pada akhir 2025.
Dengan penerapan teknologi ini, PHR menargetkan peningkatan produksi minyak hingga sekitar 2.800 barel per hari pada puncaknya, diperkirakan sekitar pertengahan tahun 2026 setelah injeksi kimia dilakukan. Teknologi ini bekerja dengan kombinasi tiga bahan kimia—alkali, surfaktan, dan polimer (ASP)—yang masing‑masing berperan menurunkan tegangan antar muka, melepaskan minyak dari batuan, serta menyapu minyak ke sumur produksi.
Suksesnya penerapan CEOR di Minas dipandang sebagai bukti bahwa lapangan tua bisa diperpanjang usianya, sekaligus menjadi kontribusi penting terhadap produksi migas nasional dalam jangka menengah.
Teknologi Ini Mendukung Ketahanan Energi Nasional
Penerapan CEOR di Blok Rokan bukan hanya soal performa operasional PHR, tetapi juga bagian dari strategi nasional untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia. Dengan terus memaksimalkan cadangan minyak yang tersedia, meskipun di lapangan tua, teknologi ini membantu menjaga pasokan bahan bakar dan mendukung target produksi nasional.
Langkah inovatif ini dilihat memiliki dampak ekonomis dan strategis yang besar, terutama di tengah kebutuhan energi domestik yang terus tinggi. Dengan kondisi cadangan migas yang semakin menantang, teknologi seperti CEOR memberi harapan untuk menjaga lifting nasional tidak tergerus tajam saat sumur‑sumur konvensional mulai menurun produksinya.
Persetujuan Investasi dan Keputusan Komersial
Sebelumnya, PHR telah menerima persetujuan Final Investment Decision (FID) untuk proyek CEOR Minas Stage‑1 pada 30 Juni 2024, yang menjadi landasan investasi untuk fase eksekusi proyek ini. Persetujuan ini menunjukkan komitmen kuat perusahaan dalam mengembangkan penerapan teknologi lanjutan di lapangan tua.
Setelah FID disetujui, PHR mulai mematangkan persiapan teknis seperti peremajaan fasilitas, pengaturan sumur, dan penyusunan strategi operasional agar injeksi kimia dapat dilakukan sesuai target.
Proyeksi Tambahan Produksi yang Menjanjikan
Saat ini, rata‑rata produksi harian dari Lapangan Minas mencapai sekitar 29.000 barel per hari dari total produksi zona Rokan, yang juga mencakup lapangan lain di wilayah kerja ini. Dengan penerapan CEOR, tambahan sekitar 2.800 barel per hari dianggap signifikan, karena bisa membantu mengimbangi penurunan alami produksi di lapangan‑lapangan tua.
Program ini diperkirakan mulai menunjukkan hasil nyata pada pertengahan 2026, enam bulan setelah injeksi kimia dilakukan, sekaligus menjadi tolok ukur keberhasilan teknologi CEOR dalam konteks hulu migas Indonesia.
Cara Kerja Teknologi CEOR yang Canggih
Berbeda dengan metode injeksi air atau steam flooding yang lebih sederhana, CEOR menggunakan formulasi kimia yang kompleks untuk menurunkan tegangan antarmuka antara minyak dan air di reservoir batuan. Ini membuat minyak yang sebelumnya sulit bergerak dapat menjadi lebih mudah mengalir ke sumur produksi.
Surfaktan, sebagai contoh, bekerja untuk melepaskan minyak dari permukaan batuan, sementara polimer membantu menyapu minyak ke arah sumur dan alkali mencegah bahan lain terserap berlebihan oleh batuan, sehingga efisiensi produksi meningkat.
Kolaborasi dan Dukungan untuk Pengembangan Teknologi
Selain pengembangan internal, Pertamina juga menjajaki berbagai kerja sama studi dan kolaborasi teknologi CEOR dengan mitra internasional seperti Sinopec untuk memperluas aplikasi teknologi ini di lapangan lain di Indonesia. Kesepakatan studi seperti itu menandakan bahwa pengembangan teknologi CEOR mendapat perhatian luas sebagai solusi untuk optimalisasi lapangan tua secara nasional.
Tantangan dan Harapan di Masa Depan
Meski teknologi CEOR menawarkan potensi besar, tetap ada tantangan yang harus dihadapi, seperti kebutuhan modal investasi yang tinggi, aspek teknis injeksi kimia yang rumit, serta pengelolaan dampak lingkungan yang harus diawasi secara ketat. Namun PHR melihat tantangan ini sebagai bagian dari proses inovatif untuk memastikan produksi migas Indonesia tetap sustain.
Dengan kombinasi teknologi dan strategi yang tepat, serta dukungan pemerintah dan industri, CEOR dipandang sebagai alat penting dalam transformasi sektor hulu migas, terutama untuk lapangan‑lapangan yang semakin tua namun masih memiliki cadangan potensial yang besar.
Kesimpulan: Menjaga Ketahanan Energi Melalui Inovasi
PT Pertamina Hulu Rokan, melalui penerapan teknologi Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR), menegaskan komitmennya untuk mengoptimalkan produksi minyak dari lapangan tua yang sulit diakses dengan metode konvensional. Dengan perkiraan tambahan produksi hingga ribuan barel per hari dan potensi penerapan teknologi lebih luas di masa depan, langkah ini bukan hanya memperpanjang umur lapangan tua namun juga menguatkan ketahanan energi nasional Indonesia di tengah dinamika permintaan global dan domestik.




