Solo Traveling Makin Diminati Perempuan pada 2025
Travelling

Solo Traveling Makin Diminati Perempuan pada 2025

KUNCI NARASISolo traveling di kalangan perempuan mengalami lonjakan signifikan pada tahun 2025. Tren ini tidak hanya mencerminkan keinginan untuk menjelajah, tetapi juga perubahan sosial terkait kemandirian, kebebasan, dan transformasi diri. Beberapa pakar pariwisata dan data industri menyebut bahwa fenomena ini akan semakin mengubah wajah wisata global dan cara perempuan bepergian.

Data dan Tren Global

  1. Peningkatan Pencarian Solo Travel
    Data dari Times of India menunjukkan bahwa pada awal 2025, sekitar 54% pencarian solo traveling di platform Skyscanner dilakukan oleh perempuan.

    Selain itu, laporan dari Atlys (platform visa) memproyeksikan kenaikan 37% pada aplikasi visa solo perempuan di 2025, dibanding tahun sebelumnya.

  2. Pertumbuhan Anggaran Wisatawan Wanita
    Menurut laporan Bank of America (BofA) Global Research, 85% dari solo traveler adalah perempuan, dan permintaan untuk perjalanan solo wanita meningkat tajam.

  3. Dominasi dalam Pemesanan Solo Trip
    Dalam survei yang diterbitkan oleh Scott Dunn (agen perjalanan), 58% pemesanan perjalanan solo dibuat oleh perempuan, dan 27% responden merencanakan minimal tiga perjalanan solo di 2025.

  4. Tumbuhnya Wisatawan Perempuan di Asia
    Dalam laporan Hotel.Report, solo travel di kalangan perempuan, khususnya muda (usia 18–25), naik pesat di kota-kota seperti Hong Kong dan Thailand.

    Hoteliers pun menyesuaikan: menyediakan pengalaman lokal yang imersif, tur khusus perempuan, dan fasilitas aman seperti area eksklusif wanita.

Motivasi Perempuan Melakukan Solo Traveling

Beberapa alasan utama mengapa perempuan semakin memilih perjalanan solo pada 2025:

  • Kebebasan dan Kemandirian
    Banyak perempuan menyebut bahwa solo traveling memberi mereka kendali penuh atas rencana perjalanan — dari destinasi, durasi, hingga aktivitas.

  • Self-Discovery dan Pertumbuhan Diri
    Berdasarkan survei Hostelling International, sekitar 65% perempuan menyatakan “kebebasan untuk membuat rencana sendiri” sebagai motivasi utama.

    Studi dari Booking.com juga menunjukkan bahwa 72% solo traveler wanita mengalami peningkatan rasa percaya diri setelah perjalanan pertama mereka.

  • Pencarian Makna dan Perjalanan Transformatif
    Menurut laporan Citizen-Femme, perempuan tidak sekadar ingin “mengunjungi tempat wisata”, tetapi juga mencari pengalaman yang mengubah perspektif, seperti ekspedisi alam liar atau perjalanan introspektif.

  • “Me Time” dan Pelarian dari Rutinitas
    Dalam riset BofA, banyak wanita memilih solo traveling untuk mengambil “waktu sendiri” (me-time), menjauh sejenak dari tanggung jawab keluarga atau pekerjaan.

Tantangan dan Respons Industri Pariwisata

Walaupun tren ini positif, perempuan solo traveler menghadapi beberapa tantangan:

  1. Keamanan
    Rasa aman tetap menjadi perhatian penting. Namun, kemajuan teknologi sangat membantu — peta online, aplikasi transportasi, dan jaringan komunitas solo traveler semakin memudahkan perjalanan.

  2. Ketimpangan Penawaran Pariwisata
    Belum semua destinasi atau penyedia wisata menyediakan fasilitas yang ramah bagi perempuan solo, terutama di wilayah yang masih minim infrastruktur aman atau layanan tur khusus wanita.

    Menanggapi hal ini, banyak tour operator dan akomodasi mulai menyesuaikan: misalnya tur “women-only”, pemandu perempuan, atau keamanan tambahan khusus untuk tamu wanita.

  3. Harapan Sosial dan Persepsi
    Meski semakin banyak perempuan yang berani bepergian sendiri, masih ada tekanan sosial di sebagian budaya bahwa perjalanan sebaiknya dilakukan dengan pasangan, teman, atau keluarga. Beberapa solo traveler perempuan juga melaporkan komentar atau pertanyaan dari orang-orang di sekitar mereka mengenai “sendirian kenapa?”.

  4. Biaya Tambahan untuk Solo Traveler
    Traveling sendiri kadang berarti tidak berbagi biaya penginapan atau transportasi, yang bisa membuat beban lebih tinggi. Namun, agen perjalanan dan platform wisata mulai menawarkan paket solo khusus untuk mengurangi beban biaya ekstra bagi solo traveler perempuan.

Dampak Industri dan Peluang Bisnis

Tren ini membuka peluang besar bagi pelaku industri pariwisata:

  • Tur Khusus Wanita
    Tur eksklusif untuk perempuan semakin populer. Tur “Women in the Wild” (nature/adventure) menjadi salah satu contoh, menyesuaikan dengan permintaan perempuan yang mencari pengalaman berbeda dan aman.Akomodasi Ramah Wanita
    Hotel dan hostel mulai menciptakan area khusus wanita, layanan keamanan tambahan, dan program pengalaman lokal yang dirancang untuk solo traveler perempuan.

  • Teknologi & Platform Pendukung Solo Travel
    Aplikasi perjalanan, grup komunitas online, dan media sosial memainkan peran besar dalam memfasilitasi solo female travel — dari merencanakan perjalanan hingga bertemu dengan traveler lain dan berbagi pengalaman.

Pandangan Pakar dan Masa Depan

Menurut pakar pariwisata, tren solo traveling wanita di 2025 adalah cerminan dari perubahan sosial yang lebih besar:

  • Perempuan saat ini lebih mandiri secara finansial dan lebih percaya diri dalam membuat keputusan besar untuk diri sendiri.

  • Ada pergeseran mindset: perjalanan bukan hanya soal rekreasi, tetapi sebagai sarana pengembangan diri, pelarian mental, dan “proyek kehidupan”.

  • Industri wisata menyesuaikan diri dengan cepat, dan diprediksi akan terus mengembangkan produk yang lebih inklusif dan aman bagi solo traveler perempuan.

Laporan dari Business Traveller menyebut bahwa teknologi, seperti koneksi data global, ride-hailing, dan online maps, telah membuat solo perjalanan menjadi lebih aman dan terjangkau. 
Sementara itu, laporan Citizen-Femme memperlihatkan bahwa banyak perempuan yang memilih perjalanan “transformasional” di wilayah-wilayah eksotis dan menantang, bukan hanya destinasi wisata mainstream.

Tren solo traveling di kalangan perempuan pada 2025 bukanlah fenomena sementara. Lonjakan minat ini didorong oleh faktor-faktor seperti kemandirian finansial, keinginan untuk eksplorasi diri, dan pencarian kebebasan. Di sisi lain, industri pariwisata merespons dengan menyediakan lebih banyak opsi aman, personal, dan berkualitas.

Dengan pertumbuhan yang terus berlanjut, solo traveling perempuan diperkirakan akan menjadi segmen pasar pariwisata sangat penting ke depannya — bagi pelaku wisata, hotel, serta komunitas traveler.