Teknologi

Serangan Siber Meningkat 40% di 2025, Ini Cara Melindungi Data Pribadimu

Dunia digital terus berkembang dengan pesat, menawarkan kemudahan dan konektivitas yang belum pernah ada sebelumnya. Mulai dari perbankan online, media sosial, hingga belanja daring, hampir semua aspek kehidupan kita kini terhubung dengan internet. Namun, di balik kemudahan ini, ada ancaman yang semakin nyata dan mengkhawatirkan: serangan siber. Berdasarkan proyeksi dari para ahli keamanan, tahun 2025 di perkirakan akan menjadi saksi peningkatan serangan siber sebesar 40%. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan sebuah peringatan serius bahwa keamanan. Data pribadi kita berada dalam risiko yang lebih besar dari sebelumnya.

Peningkatan ini didorong oleh berbagai faktor. Termasuk kecanggihan metode peretasan, meluasnya penggunaan perangkat Internet of Things (IoT) yang sering kali tidak aman, serta semakin profesionalnya para pelaku kejahatan siber yang beroperasi layaknya sebuah perusahaan. Serangan tidak lagi hanya menargetkan perusahaan besar, tetapi juga individu biasa seperti kita. Data pribadi—mulai dari informasi identitas, detail keuangan, hingga riwayat percakapan—telah menjadi komoditas berharga di pasar gelap. Oleh karena itu, memahami cara melindungi diri menjadi sebuah keharusan, bukan lagi pilihan. Dengan pengetahuan yang tepat, kita dapat membangun pertahanan digital yang kuat untuk menghadapi gelombang ancaman yang akan datang.

Perkuat Kata Sandi dan Terapkan Autentikasi Dua Faktor (2FA)

Lini pertahanan pertama dan paling mendasar dalam melindungi akun digital adalah kata sandi yang kuat. Sayangnya, banyak orang masih menggunakan kata sandi yang lemah dan mudah di tebak, seperti “123456”, “password”, atau tanggal lahir. Praktik ini membuat akun Anda sangat rentan terhadap serangan brute force, di mana peretas menggunakan perangkat lunak untuk mencoba ribuan kombinasi kata sandi dalam waktu singkat. Untuk menciptakan kata sandi yang kokoh, gunakan kombinasi huruf besar dan kecil, angka, serta simbol. Usahakan panjangnya minimal 12 karakter dan hindari menggunakan informasi pribadi yang mudah ditemukan.

Namun, kata sandi yang kuat saja terkadang tidak cukup. Untuk lapisan keamanan tambahan, sangat penting untuk mengaktifkan Autentikasi Dua Faktor atau Two-Factor Authentication (2FA) di semua akun yang menawarkannya, terutama untuk email, perbankan, dan media sosial. Dengan 2FA, setelah memasukkan kata sandi, Anda akan diminta untuk memasukkan kode verifikasi kedua yang dikirimkan ke perangkat lain, seperti ponsel Anda. Ini berarti, bahkan jika peretas berhasil mencuri kata sandi Anda, mereka tidak akan bisa masuk ke akun Anda tanpa memiliki akses fisik ke perangkat kedua tersebut. Langkah sederhana ini secara signifikan meningkatkan keamanan akun Anda dari akses tidak sah.

Waspadai Upaya Phishing dan Rekayasa Sosial

Phishing adalah salah satu metode serangan siber yang paling umum dan efektif. Pelaku biasanya menyamar sebagai pihak tepercaya—seperti bank, perusahaan teknologi, atau bahkan rekan kerja—melalui email, pesan teks, atau media sosial. Tujuannya adalah untuk memancing Anda agar mengklik tautan berbahaya atau memberikan informasi sensitif seperti kata sandi, nomor kartu kredit, atau data pribadi lainnya. Pesan phishing sering kali dirancang untuk menimbulkan rasa urgensi atau panik, misalnya dengan klaim bahwa akun Anda telah diretas atau Anda memenangkan hadiah besar. Selalu periksa alamat email pengirim dengan teliti dan jangan pernah mengklik tautan atau mengunduh lampiran dari sumber yang tidak Anda kenali atau percayai.

Selain phishing, waspadai juga teknik rekayasa sosial lainnya. Pelaku kejahatan siber sangat mahir dalam memanipulasi psikologi manusia untuk mendapatkan akses. Mereka mungkin menelepon Anda dengan berpura-pura sebagai petugas layanan pelanggan, atau mendekati Anda melalui media sosial untuk membangun kepercayaan sebelum meminta informasi pribadi. Ingatlah bahwa lembaga keuangan atau perusahaan teknologi terkemuka tidak akan pernah meminta kata sandi atau informasi sensitif Anda melalui email atau telepon. Jika Anda menerima permintaan yang mencurigakan, cara terbaik adalah dengan menghubungi langsung perusahaan terkait melalui nomor telepon atau situs web resmi mereka untuk melakukan verifikasi.

Jaga Keamanan Perangkat dan Jaringan Anda

Keamanan data pribadi tidak hanya bergantung pada kekuatan akun online, tetapi juga pada keamanan perangkat yang Anda gunakan setiap hari, seperti laptop, ponsel, dan tablet. Pastikan sistem operasi dan semua aplikasi di perangkat Anda selalu di perbarui ke versi terbaru. Pembaruan ini sering kali berisi perbaikan keamanan penting yang di rancang untuk menambal celah kerentanan yang dapat di eksploitasi oleh peretas. Mengabaikan pembaruan sama saja dengan membiarkan “pintu” digital Anda terbuka bagi penyusup. Selain itu, pasanglah perangkat lunak antivirus dan antimalware yang tepercaya di semua perangkat Anda untuk memberikan perlindungan real-time terhadap ancaman.

Koneksi internet yang Anda gunakan juga merupakan titik rentan. Saat menggunakan jaringan Wi-Fi publik, seperti di kafe, bandara, atau hotel. Hindari melakukan aktivitas sensitif seperti transaksi perbankan atau mengakses akun penting. Jaringan ini sering kali tidak aman dan rentan di sadap oleh pihak ketiga yang dapat mencuri data Anda. Jika Anda harus menggunakan Wi-Fi publik, gunakanlah Virtual Private Network (VPN). VPN akan mengenkripsi lalu lintas internet Anda, menciptakan terowongan aman yang melindungi data Anda dari mata-mata, bahkan di jaringan yang tidak terpercaya sekalipun.

Kelola Jejak Digital dan Batasi Informasi yang Dibagikan

Setiap kali kita beraktivitas online, kita meninggalkan jejak digital. Jejak ini terdiri dari data yang kita bagikan secara sadar, seperti unggahan di media sosial. Dan data yang di kumpulkan tanpa kita sadari, seperti riwayat penelusuran dan lokasi. Penting untuk mengelola jejak ini dengan bijak. Tinjau kembali pengaturan privasi di semua akun media sosial Anda dan batasi siapa saja yang dapat melihat informasi pribadi, foto. Dan pembaruan status Anda. Pikirkan dua kali sebelum membagikan informasi sensitif seperti alamat rumah, nomor telepon, atau detail rencana perjalanan Anda secara publik.

Selain itu, bersikaplah minimalis dalam membagikan data. Saat mendaftar untuk layanan atau aplikasi baru, berikan hanya informasi yang benar-benar di perlukan. Banyak situs web meminta data berlebihan yang sebenarnya tidak relevan dengan layanan yang mereka tawarkan. Semakin sedikit data pribadi Anda yang tersebar di internet, semakin kecil pula risiko data tersebut jatuh ke tangan yang salah jika terjadi kebocoran data di salah satu layanan yang Anda gunakan. Secara berkala, lakukan audit digital dengan mencari nama Anda di mesin pencari untuk melihat informasi apa saja yang tersedia secara publik dan ambil langkah untuk menghapus atau membatasinya jika memungkinkan.