Kuncinarasi.com — Gaya traveling terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Jika dulu wisatawan identik dengan koper besar dan banyak bawaan, kini tren one-bag travel atau perjalanan hanya dengan satu tas semakin populer. Memasuki akhir tahun 2025, konsep ini kembali menjadi sorotan ketika sejumlah traveler berbagi pengalaman libur akhir tahun ke Yogyakarta hanya dengan satu tas punggung. Eksperimen ini bukan sekadar gaya perjalanan, tetapi juga cara baru menikmati Liburan yang lebih bebas, efisien, dan hemat waktu.
Kenapa Jogja Jadi Destinasi Pilihan One-Bag Travelers?
Yogyakarta dipilih banyak traveler minimalis sebagai tujuan akhir tahun karena kota ini memiliki infrastruktur wisata yang ramah backpacker. Transportasi umum cukup mudah dijangkau, area wisata saling berdekatan, dan biaya hidup relatif terjangkau. Mulai dari Malioboro, Keraton, hingga wisata alam seperti Kaliurang—segalanya mudah diakses dengan berjalan kaki atau kendaraan sewa.
Selain itu, Jogja memiliki berbagai pilihan penginapan kapsul dan hotel budget yang mendukung gaya hidup minimalis. Banyak traveler mengaku lebih leluasa bergerak tanpa harus memikirkan koper atau banyak barang yang harus dibawa.
Persiapan Perjalanan: Apa Saja yang Masuk ke Satu Tas?
Tantangan terbesar dari perjalanan satu tas adalah melakukan penyaringan benda yang dianggap esensial. Sebagian besar traveler memilih tas 25–30 liter dengan sistem kompartemen yang efisien. Isi tas umumnya meliputi:
- 3 kaus cepat kering
- 2 celana ringan
- 1 outer tipis
- peralatan mandi travel size
- peralatan elektronik minimal (smartphone, charger, earphone)
- sepasang sandal folding
- botol minum lipat
- dokumen digital dalam perangkat
Trik penyusunannya adalah menghindari barang yang tidak benar-benar diperlukan. Banyak traveler juga memanfaatkan fasilitas laundry hotel agar tidak membawa pakaian berlebih.
Pengalaman di Bandara: Lebih Cepat dan Minim Kerumitan
Perjalanan satu tas menawarkan keunggulan saat melalui bandara. Traveler tidak perlu antre check-in bagasi, tidak perlu menunggu koper di conveyor, dan bisa bergerak cepat begitu keluar pesawat. Ini memberi keuntungan besar saat bandara sedang dipadati wisatawan akhir tahun.
Selain itu, traveling tanpa koper mengurangi risiko kehilangan barang, kerusakan bagasi, hingga biaya tambahan bagasi. Hal-hal inilah yang membuat konsep ini dianggap semakin relevan di era pasca-pandemi ketika orang mulai ingin bergerak lebih ringan.
Hari Pertama Menyusuri Malioboro Tanpa Beban Barang
Sesampainya di Jogja, banyak traveler memilih menjelajahi Malioboro dulu. Dengan hanya satu tas yang mudah ditenteng, perjalanan menjadi jauh lebih nyaman. Tidak perlu menitipkan barang atau merasa kesulitan saat berjalan di keramaian.
Beberapa traveler minimalis menyarankan penggunaan tas kecil lipat yang bisa dimasukkan di dalam tas utama. Tas kecil ini membantu membawa dompet, ponsel, dan air minum saat berkeliling, sementara tas besar disimpan di penginapan.
Mengunjungi Keraton, Alun-Alun, dan Kafe-Kafe Jogja
Jogja identik dengan wisata budaya dan tempat nongkrong yang estetik. Dengan mobilitas yang lebih ringan, traveler bisa berpindah dari satu titik ke titik lain tanpa repot. Di area Keraton, misalnya, traveler tidak perlu memikirkan barang bawaan saat memasuki area bersejarah. Begitu pula ketika mampir ke kafe di Prawirotaman atau Kotabaru.
Gaya hidup minimalis ini juga mendorong pengunjung lebih fokus menikmati suasana kota, bukan sibuk mengatur barang yang terlalu banyak.
Wisata Alam: One-Bag Travel yang Efektif
Uji sesungguhnya dari traveling satu tas terlihat saat menjelajahi kawasan alam seperti Merapi, Kaliurang, hingga Tebing Breksi. Membawa beban bawaan yang ringan membuat trekking lebih nyaman dan tidak melelahkan. Banyak traveler mengaku bisa berjalan lebih jauh dan lebih cepat tanpa gangguan berat bawaan.
Peralatan seperti jas hujan tipis, topi lipat, dan sunscreen travel size sangat membantu dalam perjalanan outdoor tanpa menambah beban signifikan.
Tantangan yang Dihadapi dalam Perjalanan Minimalis
Meskipun terlihat ideal, metode ini bukan tanpa tantangan. Beberapa kendala yang sering muncul antara lain:
- Keterbatasan pakaian, terutama jika cuaca tidak menentu
- Tidak semua kebutuhan tersedia dalam versi kecil
- Biasanya harus lebih sering mencuci pakaian
- Tidak cocok bagi traveler yang suka membawa banyak oleh-oleh
Namun kesulitan tersebut bagi sebagian orang justru menjadi bagian dari pengalaman yang ingin dicari.
Penghematan Biaya dan Waktu, Apakah Signifikan?
Hasil pengalaman banyak traveler menunjukkan bahwa perjalanan satu tas dapat menghemat:
- Biaya bagasi 15–30%
- Waktu perjalanan 20–40% lebih efisien, terutama saat di bandara
- Energi fisik karena beban jauh lebih ringan
Konsep ini juga mengurangi konsumsi barang berlebih, sejalan dengan gerakan ramah lingkungan dan gaya hidup sustainable yang makin digemari generasi muda.
Kesimpulan: Gaya Perjalanan Masa Depan
Eksperimen perjalanan tanpa koper yang dilakukan banyak wisatawan ke Jogja di akhir tahun 2025 menunjukkan bahwa gaya traveling minimalis semakin digemari. Selain efisien dan simpel, konsep ini membuat perjalanan terasa lebih fokus pada pengalaman, bukan pada barang bawaan.
Jogja menjadi destinasi ideal untuk menerapkan gaya ini berkat fasilitas wisata yang lengkap, akses yang mudah, dan lingkungan yang ramah backpacker. Tren one-bag travel diprediksi akan terus berkembang sebagai pilihan utama wisatawan modern yang ingin liburan bebas ribet dan lebih mindful.
Jika Anda berencana berlibur ke Jogja akhir tahun, mungkin inilah saatnya mencoba tantangan satu tas saja dan merasakan pengalaman liburan yang jauh lebih ringan dan menyenangkan.




