Pasar properti Balikpapan melambat, pengembang bangun rumah kecil
Properti

Pasar properti Balikpapan melambat, pengembang bangun rumah kecil

KUNCI NARASI — Pertumbuhan harga properti residensial di Kota Balikpapan pada triwulan III 2025 tercatat melambat. Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) hanya tumbuh sebesar 0,67 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 0,81 persen.

Perlambatan ini terjadi pada seluruh jenis rumah, termasuk tipe besar (di atas 70 meter persegi), menengah (36–70 meter persegi), dan kecil (36 meter persegi ke bawah). Penurunan paling tajam tercatat pada rumah tipe kecil, yang hanya tumbuh 0,23 persen, dibandingkan 0,38 persen pada triwulan sebelumnya. Nilai penjualan properti juga turun cukup tajam sebesar 44,98 persen, mencerminkan permintaan yang kembali normal seiring berkurangnya intensitas proyek strategis nasional seperti kilang minyak dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

Menghadapi situasi tersebut, sejumlah pengembang di Balikpapan mengalihkan fokus ke rumah tipe kecil dan menengah. Deputi Direktur sekaligus Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, menyebutkan bahwa strategi ini merupakan bentuk penyesuaian agar tetap sesuai dengan kemampuan beli masyarakat.

“Sejumlah developer tetap menempuh strategi optimalisasi pendapatan, dengan memprioritaskan penjualan pada rumah tipe menengah dan tipe kecil yang harganya masih dapat dijangkau oleh sebagian besar konsumen,” ujarnya.

Ia menyebutkan rumah tipe kecil tetap menjadi pilihan utama warga, didukung oleh harga yang lebih terjangkau serta berbagai program bantuan pembiayaan dari pemerintah. Di antaranya adalah FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan), KUR Perumahan (Kredit Usaha Rakyat untuk perumahan), dan KPP (Kredit Program Perumahan) yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah agar bisa memiliki hunian layak.

Baca juga :Tugu Insurance Bidik Properti & Energi untuk Kinerja Positif 2026

“Dukungan perbankan masih menjadi cara utama warga membeli rumah baru. Pada triwulan III 2025, 86 persen penjualan rumah primer dilakukan melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR), meskipun sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya (89 persen). Sisanya dibeli secara tunai (12 persen) dan melalui cicilan bertahap (2 persen),” katanya.

Kredit properti di Balikpapan tercatat sebesar Rp1,17 triliun, turun sebesar 3,46 persen dibanding tahun lalu. Meski masih menurun, angka ini menunjukkan perbaikan dibanding triwulan II yang turun lebih dalam sebesar 8,38 persen.

Robi menambahkan bahwa optimisme terhadap sektor properti tetap terjaga, seiring dengan penguatan insentif dari Bank Indonesia melalui skema Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). KLM adalah kebijakan yang memberikan insentif likuiditas kepada perbankan agar lebih aktif menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas seperti perumahan, UMKM, pertanian, perdagangan, transportasi, dan pariwisata.

“Optimisme terhadap perkembangan properti masih prospektif ke depan, sejalan dengan upaya pelaku usaha properti untuk terus mengembangkan usahanya,” katanya.

Ia menambahkan ke depan, sektor properti residensial di Balikpapan diproyeksikan tetap menjanjikan, terutama jika sinergi antara kebijakan pembiayaan, strategi pengembang, dan kebutuhan masyarakat terus dijaga. Rumah tipe kecil bukan hanya menjadi pilihan rasional, tapi juga bagian dari solusi hunian layak yang inklusif dan berkelanjutan.